CERPEN “Merdeka Mengajar “

Budi, Fajar, dan kelompoknya tentu saja memilih kantin. Pasti sudah dimengerti, mengapa mereka memilih kantin. Ani, Fitri, Haryanti, dan Rini menuju perpusatkaan. Mereka adalah duta literasi di sekolah ini. Adidan Asti berdebat menentukan siapa yang berhak menempati taman depan. Mereka berhenti berdebat setalah ditegur Pak Sueb, tukang kebun yang baru membersihkan taman. Akhirnya, kelompok Asti harus mengalah dan menuju ruang lobi. Di ruang, Asti dan kawan-kawan diminta pergi oleh Pak Woto, kepala tata usaha. Akhirnya, mereka menuju parkiran.

Pramoda bersama ganknya memilih GOR sebagai tempat belajarnya. Sementara, Titik hanya bisa mengikuti dari belakang dengan wajah kecut. Bagus memutuskan ke belakang sekolah yang hanya beberapa meter berdampingan dengan sawah. Mereka duduk melingkar di gazebo sambil main HP sendiri-sendiri.

Setelah waktu menunjukkan pukul 08.30 mereka kembali ke kelas.

“Selamat pagi, anak-anak”.

“Selamat pagi Pak!”

“Sudah dua kali pertemuan ini , kalian sudah berada di tempat yang sama untuk obeservasi. Nah, sekarang, kelompok siapa yang siap untuk mempresentasikan hasilnya?”

“Belum, Pak, masih bingung!”, teriak Budi dan Fajar dan diiyakan yang lainnya.

“Tidak ada yang mau maju?”

Seperti biasanya, tidak ada yang berani mengaku. Mereka memilih diam dan berharap kelompok lainnya ada yang mengajukan diri.

Tiba-tiba Titik menunjukkan jarinya. Pramoda, Tono, Aris, Faizal,  dan Edi sontak kaget bercampur lega. Mereka kaget karena selama ini Titik tidak pernah bicara dan bertanya apa-apa dengan kelompoknnya. Selain itu, di GOR mereka hanya bermain basket tanpa tahu apa yang yang dikerjakan oleh Titik. Lega karena mereka terbebas dari beban tugas. Setidaknya di kelompoknya sudah ada yang mewakilinya.

“Silakan Titik maju ke depan untuk mempresentasikan hasil laporannya.”

“ Terima kasih, Pak.” Titik maju ke depan kelas.

“Laporan kegiatan di GOR sekolah. Awalnya saya bingung dan heran dengan tugas IPA. Apalagi kelompok saya adalah kelompok aneh. Saya perempuan sendiri yang paling tidak suka olah raga, sementara anggota lainnya semua laki-laki dan hidupnya hanya untuk olah raga. Tugas yang aneh dengan orang-orang aneh. Lengkap sudah hidup saya.”

Anak-anak riuh dengan tawa dan umpatan yang ditahan.

Penulis: teatersepatu

Estrakurikuler Teater SMA Negeri 1 Wirosari

Tinggalkan komentar

Beraktualisasi, berekspresi, dan bermain dengan karya seni

DHE-GURU

Bahasa Indonesia & Sastra SMA

Julian Stodd's Learning Blog

A place to explore new ideas in Learning

Drama & Cinema SMANSaWira

Beraktualisasi, berekspresi, dan bermain dengan karya seni